KAJIAN KENYAMANAN PENGUNJUNG DALAM PENINGKATAN FASILITAS TAMAN LAPANGAN BANTENG SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI JAKARTA PUSAT

Taman Lapangan Banteng adalah salah satu ruang terbuka publik di DKI Jakarta yang selesai direvitalisasi oleh pemerintah pada tahun 2018 untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan memperbaiki fungsi kawasan tersebut. Namun, kondisi dan ketersediaan fasilitasnya masih memerlukan perbaikan karena beberapa fasilitas tidak terawat dan terasa kurang sehingga mengurangi kenyamanan pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kenyamanan pengunjung dalam peningkatan Taman Lapangan Banteng sebagai ruang terbuka publik di Kota Jakarta Pusat. Jenis penelitian ini, yaitu deskriptif dengan pendekatan campuran. Penilaian persepsi dan preferensi pengunjung dilakukan berdasarkan variabel kenyamanan, yaitu kenyamanan termal, audio, ruang, dan visual. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik pengunjung, sementara analisis gap digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara persepsi dan preferensi pengunjung. Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menentukan indikator kenyamanan yang menjadi prioritas perbaikan, serta analisis triangulasi digunakan untuk merumuskan alternatif peningkatan perbaikan Taman Lapangan Banteng. Hasil analisis menunjukkan adanya kesenjangan antara persepsi dengan preferensi pengunjung pada semua indikator tingkat kenyamanan yang berarti belum sesuai dengan harapan pengunjung. Dari 43 indikator yang dipilih, setiap indikator dinilai berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya yang kemudian dibagi menjadi 4 (empat) kuadran. Namun, pada analisis triangulasi hanya mencakup pembahasan pada kuadran I (prioritas teratas) dan kuadran III (prioritas terendah) karena penelitian difokuskan pada indikator tingkat kenyamanan yang berada di kuadran prioritas. Alternatif peningkatan yang dibedakan berdasarkan hari, yaitu hari kerja dan akhir pekan, menunjukkan bahwa masing-masing 8 (delapan) indikator berada pada kuadran I yang dianggap sebagai prioritas utama untuk peningkatan fasilitas karena kinerjanya belum optimal. Sementara itu, pada hari kerja terdapat 12 (dua belas) indikator yang masuk ke dalam kuadran III, sedangkan pada akhir pekan terdapat 10 (sepuluh) indikator yang dianggap perlu perbaikan, tetapi tidak menjadi prioritas. Indikator di kuadran I dan III umumnya berkaitan dengan peningkatan fasilitas dan infrastruktur yang lebih memadai, sistem keamanan, serta pemeliharaan dan pengelolaan yang lebih baik.